BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pemanis
merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan
produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan kesehatan. Menurut
peraturan Menteri Kesehatan (Menkes) RI Nomor 235, pemanis termasuk ke dalam
bahan tambahan kimia, selain zat lain seperti antioksidan, pemutih, pengawet,
pewarna, dan lain-lain.
Pemanis
merupakan senyawa kimia yang ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk
olahan pangan, industri, minuman, dan makanan kesehatan. Pemanis ditambahkan
pada makanan untuk meningkatkan cita rasa dan aroma. Selain itu, pemanis juga
berfungsi untuk memperbaiki sifat-sifat fisik dan kimia. Biasanya zat pemanis
memiliki nilai kalori yang lebih rendah dari gula biasa (Sulami, 2009 dalam
Chelzea, 2011).
Gula biasa tidak mengandung vitamin, tidak ada serat kasar, hanya sejumlah
kecil mineral akan tetapi mengandung kalori 394 kkal dalam 100 gram bahan dan
gula adalah sumber kalori yang miskin nilai gizinya (Fachruddin, 1998 dalam
Chelzea, 2011).
Pemanis ideal harus memiliki karakteristik berikut (Fachruddin, 1998 dalam
Chelzea, 2011) :
1. Tingkat kemanisan minimal sama dengan sukrosa
2. Tidak berwarna
3. Larut dalam air
4. Komposisinya stabil
5. Tidak beracun dan tidak membahayakan kesehatan pemakai
6. Memiliki sifat-sifat dan fungsi
lain untuk makanan dan minuman, misal sebagai penghalus tekstur kue
7. Secara ekonomi layak
Adapun jenis pemanis diklasifikasikan menjadi pemanis alami dan pemanis
sintetis. Pemanis alami yang dikenal selama ini adalah gula. Gula berasal dari
tanaman tebu atau nira. Selain itu, adapula pemanis alami dari gula buah
(fruktosa), sirup glukosa, anggur (dekstrosa), dan gula susu (laktosa) (Sulami,
2009 dalam Chelzea, 2011).
Pemanis
alternatif umum digunakan sebagai pengganti gula jenis sukrosa, glukosa atau fruktosa.Ketiga
jenis gula tersebut merupakan pemanis utama yang sering digunakan dalam
berbagai industri. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma,
memperbaiki sifat-sifat fisik, sebagai pengawet, memperbaiki sifat-sifat kimia
sekaligus merupakan sumber kalori bagi tubuh.
Berdasarkan
proses produksi dikenal suatu jenis pemanis yaitu sintetis dan natural.
Sedangkan berdasarkan fungsinya dibagi dalam dua kategori yaitu bersifat
nutritif dan non-nutritif. Pemanis sintetis dihasilkan melalui proses kimia.
Contoh dari pemanis ini antara lain taumatin, alimat, siklamat, aspartam, dan
sakarin. Pemanis natural dihasilkan dari proses ekstraksi atau isolasi dari
tanaman dan buah atau melalui enzimatis, contohnya sukrosa, glukosa, fruktosa,
sorbitol, manitol,
dan isomalt.
Pemanis
nutritif adalah pemanis yang dapat menghasilkan kalori atau energi sebesar 4
kalori/gram. Pemanis buatan nutritif selain memberikan rasa manis juga
dapat dijadikan sumber energi untuk tubuh (Imam et al, 2012). Sedangkan
pemanis non-nutritif adalah pemanis yang digunakan untuk meningkatkan
kenikmatan cita rasa produk-produk tertentu, tetapi hanya menghasilkan sedikit
energi atau sama sekali tidak ada.
Tujuan
digunakan bahan pemanis alternatif antara lain untuk: mengembangkan jenis
minuman dan makanan dengan jumlah kalori terkontrol, mengontrol program
pemeliharaan dan penurunan berat badan, mengurangi kerusakan gigi, dan sebagai
bahan substitusi pemanis utama. Selain itu, pemanis alternatif dengan nilai
kalori rendah sangat dibutuhkan untuk penderita diabetes atau gula tinggi
sebagai bahan substitusi gula reduksi lainnya.Tren saat ini menunjukkan adanya
penggunaan kombinasi dua jenis pemanis untuk produk tertentu.
Kombinasi
ternyata menyebabkan sinergi pada tingkat kemanisan, sehingga menguntungkan
karena akan mengurangi pemakaian jumlah pemanis dan meningkatkan cita rasa
produk. Pemilihan penggunaan bahan pemanis alternatif yang baik biasanya
didasarkan pada sifat-sifatnya yang menyerupai sukrosa, yaitu tingkat kemanisan
mendekati sukrosa, tidak berwarna, tidak berbau, mempunyai cita rasa yang
menyenangkan, aman dikonsumsi, mudah larut.
Kali ini akan dibahas tentang serba-serbi sorbitol yang juga merupakan pemanis alternatif yang banyak digunakan dalam industri makanan maupun yang lainnya.
Kali ini akan dibahas tentang serba-serbi sorbitol yang juga merupakan pemanis alternatif yang banyak digunakan dalam industri makanan maupun yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah rumus molekul dan struktur dari pemanis sorbitol ?
2. Bagaimana cara pembuatan pemanis sorbitol ?
3. Apa dampak
positif dan negatif dari pemanis sorbitol ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
rumus molekul dan struktur pemanis sorbitol.
2. Mengetahui
cara pembuatan pemanis sorbitol.
4. Mengetahui
dampak positif dan negatif pemanis sorbitol.
BAB
II
PEMBAHASAN
Sorbitol pertama kali ditemukan oleh
ahli kimia dari Perancis yaitu Joseph Boosingault pada tahun 1872 dari biji
tanaman bunga ros. Proses hidrogenasi gulamenjadi sorbitol mulai berkembang pada tahun 1930. Pada tahun 1975
produsenutama sorbitol adalah Roguette Freres dari Perancis. Secara alami
sorbitol jugadapat dihasilkan dari berbagai jenis buah. Sorbitol dinyatakan
GRAS (GenerallyRecognized As Safe) atau secara umum dikenal sebagai produk yang
aman oleh U.S. Food and Drug Administration
dan disetujui penggunaannya oleh Uni Eropa serta banyak negara di
seluruh dunia. Mencakup Australia, Austria, Kanada danJepang (Suara merdeka,
2008 dalam Utama et al, 2011).
Sorbitol, terdapat di dalam beberapa jenis buah dan
secara komersial dibuat dari glukosa. Enzim
aldosa reduktase dapat mengubah gugus aldehida (CHO) dalam glukosa
menjadi alkohol (CH2OH) (Anonim, 2008).
Sorbitol
banyak digunakan dalam minuman dan makanan khusus pasien diabetes, seperti
minuman ringan, selai dan kue-kue. Tingkat kemanisan sorbitol hanya 60% bila
dibandingkan dengan sukrosa, diabsorpsi lebih lambat dan diubah di dalam hati
menjadi glukosa. Pengaruhnya terhadap kadar gula darah lebih kecil daripada
sukrosa. Konsumsi lebih dari lima puluh gram sehari dapat menyebabkan diare
pada pasien diabetes (Anonim, 2008).


Sorbitol (C6H14O6) berasal dari
golongan gula alkohol (Almatsier, 1994 dalam Soesilo, 2005). Gula alkohol
merupakan hasil reduksi dari glukosa di mana semua atom oksigen dalam molekul
gula alkohol yang sederhana terdapat dalam bentuk kelompok hidroksil, sinonim
dengan polyhidric alcohol (polyols). Polyols dapat dibagi
menjadi dua yaitu polyols asiklik dan polyols siklik. Sorbitol
termasuk dalam kelompok polyols asiklik dengan enam rantai karbon
(Goldberg, 1994 dalam Soesilo et al, 2005).
Sorbitol memiliki struktur gula alkohol
(poliol) dengan enam atom karbon (heksitol), merupakan bentuk tereduksi dari
fruktosa. Rasa manisnya sekitar 60% dari sukrosa, dengan kalori lebih kecil
dari kalori sukrosa dalam jumlah yang sama. Sukrosa menghasilkan 4 kalori per 1
gram, sedangkan sorbitol menghasilkan sekitar 2.6 kalori per 1 gram (Hnz11,
2009).
Sorbitol
berupa senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan
titik leleh berkisar antara 89° sampai dengan 101°C, higroskopis dan berasa
manis. Sorbitol memiliki tingkat kemanisan relatif sama dengan 0,5 sampai
dengan 0,7 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan nilai kalori sebesar 2,6
kkal/g atau setara dengan 10,87 kJ/g. Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut
berperan dalam reaksi pencoklatan (Maillard) (Calorie
Control Council dalam Chelzea, 2011).
Sorbitol
termasuk dalam golongan GRAS, sehingga aman dikonsumsi manusia, tidak
menyebabkan karies gigi dan sangat bermanfaat sebagai pengganti gula bagi
penderita diabetes dan diet rendah kalori (Shills et al, 2006 dalam Chelzea,
2011).
Proses
pembuatan sorbitol bisa dilakukan dengan berbagai cara dan bahan baku yang
digunakan juga bermacam-macam, dengan kondisi operasi dankonversi yang berbeda.
Macam-macam proses pembuatan sorbitol dari sirup glukosa (Utama et al, 2011):
1. Proses
Reduksi Elektrolitik
Bagian utama
dari proses ini adalah ´elektrolitik cell´ yang merupakan tempat terjadinya
reduksi D-glukosa menjadi sorbitol. Biasanya pada bagian ini dilengkapi dengan
sumber arus yang tidak berfluktuasi. Elektroda yang dipakai adalah logam
sebagai katoda dan timbal sebagai anoda, sedangkan larutan yang dipakai NaOH
dan Na2SO4. Pada prinsipnya glukosa akan direduksi dengan H2 sebagai hasil
proses elektrolisis. Dari proses diatas akan dihasilkan sorbitol.
2. Proses Hidrogenasi Katalitik
Proses pembuatan sorbitol dengan hidrogenasi katalitik dilakukan dengan cara
mereaksikan dextrosa dan gas hirogen bertekanan tinggi dengan menggunakan
katalis Raney nickel dalam reaktor, sehingga kontak yang terjadi semakin baik.
Sorbitol memiliki beberapa keunggulan
dibanding gula lainnya. Sorbitol baik digunakan sebagai pemanis pengganti
sukrosa karena mempunyai keuntungan, antara lain tidak bersifat kariogenik
(Mahan dan Krause, 1996 dalam Soesilo, 2005).
Rasanya cukup manis namun tidak merusak gigi. Poliol pada umumnya dan
sorbitol khususnya, resisten terhadap metabolisme bakteri oral yang melepaskan
asam dari reaksi penguraian gula dan pati. Asam ini dapat mengerosi email /
enamel gigi (Hnz11, 2009).
Selain
itu juga sorbitol dapat mempertahankan kelembaban bahan makanan merupakan
contoh kelebihan sorbitol dibanding sukrosa. Sorbitol cukup stabil, tidak
reaktif, dan mampu bertahan dalam suhu tinggi. Sorbitol juga tidak rusak
apabila dicampur dengan gula lain, gel, protein, dan minyak sayur. Karena itu
sorbitol cukup banyak dipakai dalam industri makanan. Produk yang mengandung
sorbitol antara lain permen bebas gula, permen karet (biasanya rasa mint),
industri gula-gula konfeksi, pemanis roti dan cokelat, serta pemanis makanan
beku. Penggunaan lain dari sorbitol adalah sebagai pencegah kristalisasi dalam
produk makanan, karena sifatnya yang mampu mempertahankan kelembaban makanan
yang cenderung mengering dan mengeras; agar bahan makanan tersebut tetap segar.
Sorbitol juga sering dipakai sebagai bahan tambahan untuk obat kumur dan pasta
gigi (Hnz11, 2009).
Sorbitol
juga cukup aman dipakai sebagai gula pengganti pada penderita diabetes melitus,
karena penyerapannya lebih lambat daripada glukosa. Penyerapan yang lambat ini
otomatis akan mengurangi derajat drastisnya peningkatan glukosa darah dan
respons insulin. Kalori yang rendah juga sesuai dengan target pengendalian
berat badan pada pasien diabetes melitus. Untuk tujuan ini sorbitol banyak
digunakan untuk membuat produk makanan rendah kalori (Hnz11, 2009).
Di
luar urusan makanan, sorbitol yang dicampur dengan kalium nitrat dapat
digunakan untuk bahan bakar roket amatir. Dengan proses reduksi, sorbitol dapat
dijadikan bahan bakar biomassa (Hnz11, 2009).
Sorbitol
cukup aman dan jarang menimbulkan efek samping. Walaupun demikian ADI (acceptable
daily intake) untuk sorbitol belum ditentukan sampai sekarang.
Kelebihan konsumsi sorbitol dapat menimbulkan diare osmotik. Hal ini terjadi
apabila sorbitol terdapat dalam saluran cerna dalam jumlah besar (lebih dari 50
gram per hari), sehingga tekanan osmosis dalam lumen usus lebih tinggi daripada
sekitarnya. Hal ini menyebabkan sejumlah besar cairan yang ada di interstisial
terdorong ke lumen usus, dan terjadilah diare. Efek samping lainnya adalah
sakit perut dan kembung (Hnz11, 2009).
BAB III
PENUTUP
1.
Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakanuntuk
keperluan produk olahan pangan, industri serta minuman dan makanan.
2.
Sorbitol merupakan salah satu pemanis buatan nutritif yang banyak
digunakan.
3.
Proses pembuatan sorbitol melalui dua cara yaitu reduksi elektrolitik dan hidrogenasi
katalitik.
4.
Sorbitol tergolong dalam kategori GRAS dan tidak berpotensi kariogenik.
TINJAUAN
PUSTAKA
Anonim.
2008. Pemanis.
diakses pada 18 Nopember 2012 pukul 19.20 WITA.
Chelzea,
Verhoeven. 2011. TUGAS ILMU TEKNOLOGI PANGAN “SORBITOL”.
Universitas Diponegoro :
Semarang.
Hnz11. 2009. Pemanis buatan (part 2): Sorbitol.
http://hnz11.wordpress.com/tag/sorbitol/ diakses pada 18 Nopember 2012 pukul 20.10 WITA.
Imam, R.H; Kusuma, R dan Surjawan, I. 2012. Mengenal Jenis Pemanis.
http://www.foodreview.biz/login/preview.php?view&id=55773
diakses pada 18 Nopember 2012 pukul 21.00 WITA.
Soesilo, D; Santoso, E.D dan
Diyatri, I. 2005. Peranan sorbitol dalam
mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Majalah Kedokteran Gigi. (Dent. J.),
Vol. 38. No. 1 Januari 2005: 25–28.
Utama, Y.D; Rahayu, R; Nurhayati, W
dan Yuliandri, F. 2011. Sorbitol. Universitas
Diponegoro : Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar