BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam sebuah
industri, mesin merupakan peralatan yang sangat vital dimana mesin-mesin
tersebut mmenentukan kualitas dan optimalitas suatu industri. Untuk dapat
bersaing dalam pemasaran produk, dan untuk dapat memperoleh keuntungan yang
layak, industri harus bekerja secara efekif dan efisien. Cara kerja demikian
hanya dapat dicapai bila industri tersebut didukung oleh sistem manajemen yang
baik dan juga bantuan mesin dan alat penunjang produksi yang tepat (Rizkiana
dan Putra, 2012).
Proses
pencampuran adalah suatu proses yang penting dilakukan dalam industri, bahkan
mesin pencampur ditemukan di hampir semua industri pengolahan pangan maupun non
pangan mulai dari pencampuran yang sederhana sampai pencampuran yang rumit
seperti pada industri farmasi. Mesin pencampur dapat digolongkan dalam kategori
mesin pengolah dalam suatu industri yang menunjang proses pengolahan bahan
menjadi produk (Rizkiana dan Putra, 2012).
Pencampuran
diartikan sebagai suatu proses menghimpun dan membaurkan bahan-bahan. Dalam hal
ini diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat pencampur supaya
pencampuran dapat berlangsung dengan baik (Lubis, 2012).
Proses
pencampuran banyak dilakukan di dalam industri pangan, seperti pencampuran susu
dengan coklat, tepung dengan gula, larutan gula dengan konsentrat buah-buahan,
atau CO2 dengan air, dan kegiatan pencampuran melibatkan berbagai
jenis alat pencampur. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel yang
diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui
komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung
dengan baik (Wirakartakusumah, 1992 dalam Hilmawan, 2011).
Letshare (2010)
menyatakan bahwa kegunaan dan aplikasi mixing ditentukan oleh fase yang akan
dicampurkan (cair-cair, padat-cair, atau padat-padat) sebagaimana karakteristik
fisik dari produk akhir seperti viskositas dan densitas. Adapun jenis mixer
yang banyak digunakan adalah :
1.
Dry Blending
Ribbon
blender terdiri dari palung horisontal berbentuk U dan agitator yang terbuat
dari inner dan outer helical ribbon yang menggerakkan bahan pada arah yang
berlawanan. Desain blender ini sangat efisien dan efektif untuk pencampuran
kering seperti pencampuran cake dan muffin, tepung, sereal, teh, kopi dan
campuran minuman lain termasuk minuman coklat dan minuman berenergi. Ketika
produk makanan pencampuran kering, sejumlah sedikit cairan ditambahkan ke
padatan dengan tujuan untuk melapisi atau mengabsorbsi warna, pembumbuan,
minyak dan cairan tambahan lainnya. Bahan cair ditambahkan melalui charge port
pada cover atau spray nozzle untuk aplikasi kritis.
2. High Shear Mixers
High Shear Mixer menggunakan pemasangan rotor atau stator yang
membangkitkan kebutuhan shear yang kuat untuk bahan padat murni dalam persiapan
dressing, saus dan pasta. Jenis alat ini juga digunakan dalam industri makanan
untuk produksi larutan sirup, emulsi dan dispersi minuman.
3. Ultra-High Shear Mixing (Proses Kontinyu)
Mempunyai kecepatan putar
sampai 18000 ft/s, ultra-high shear mixer ideal untuk emulsi dan dispersi yang
membutuhkan homogenizer. Aplikasinya antara lain pada saus, bumbu, dressing,
konsentrat jus dan emulsi bumbu.
Kelebihan alat ini
:
- Menyederhanakan proses, mengurangi pembersihan,
penjalanan, dan penyeimbangan homogenizer.
- Menaikkan input energi dan menghasilkan ukuran
dropet minyak lebih kecil.
- Pengontrokan shear
4. High Viscosity Batch
Mixing
Menggunakan
dual shaft dan triple shaft mixer dan digunakan pada industri makanan pada proses
batch dari aplikasi dari viskositas sedang sampai viskositas tinggi seperti
sirup permen, minuman, nutraceutical, saus, pasta, mentega kacang, dan
lain-lain. Untuk viskositas lebih tinggi, dibutuhkan tambahan agitator untuk
memperbaiki aliran bulk, mengantarkan bahan ke alat berkecepatan tinggi dan
secara konstan membuang produk dari dinding vessel untuk transfer panas lebih
baik.
5. Double Planetary
Mixing
Ketika viskositas
produk terus naik, sistem mixing multi agitator akan secepatnya menghasilkan
aliran yang dapat dikarakterisasi oleh anchor atau dengan zona suhu tunggi
dekat disperser dan pemasangan rotor atau stator. Aplikasi makanan lainnya yang
diproses melalui double planetary mixer termasuk sirup, gel, makanan hewan,
permen, dan formula viskos lainnya.
6. High Speed
Planetary Mixing
Keuntungan beberapa bahan berviskositas tinggi
dari hybrid planetary mixer dimana menggabungkan mixing tradisional teliti dari
planetary mixer dengan menambahkan keuntungan disperser berkecepatan tinggi. Contoh
aplikasi yang diproses dalam hybrid planetary mixer adalah sosis berbungkus
gel, larutan getah viskos dan campuran tepung.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui peralatan
pencampuran dan sistem kerjanya.
BAB II
METODOLOGI
A. Alat
dan bahan
Alat yang digunakan adalah neraca
analitik dan mixer (maspion MT-1140).
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung beras sebanyak 1
kg dan tepung jagung sebanyak 1 kg.
B.
Metode Kerja
![]() |
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
·
Tepung beras dan jagung hasil perendaman 2 jam
Pengamatan
setiap 3 menit
|
Sampel
|
tekstur
|
1
|
![]() |
Kasar,
terlihat jelas tepung beras masih banyak menggumpal-gumpal
|
2
|
![]() |
Tepung beras yang menggumpal berkurang,
namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran gumpalan besar
|
3
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran gumpalan besar
|
4
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran gumpalan besar
|
5
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran
gumpalan sedang
|
6
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran
gumpalan kecil
|
7
|
![]() |
Terlihat semakin
halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran gumpalan
kecil
|
8
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran
gumpalan kecil
|
9
|
![]() |
Terlihat
semakin halus campurannya, namun masih terdapat tepung beras dengan ukuran
gumpalan kecil
|
10
|
![]() |
Terlihat semakin halus campurannya, namun terdapat tepung beras
dengan ukuran gumpalan kecil
|
·
Tepung beras dan jagung hasil perendaman 4 jam
Pengamatan
Setiap 3 menit
|
Sampel
|
Tekstur
|
1
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
5
|
-
|
-
|
6
|
![]() |
Banyak terdapat gumpalan tepung beras
dalam ukuran besar dan kecil
|
7
|
![]() |
Gumpalan besar berkurang
|
8
|
![]() |
Gumpalan besar berkurang
|
9
|
![]() |
Gumpalan besar berkurang
|
10
|
![]() |
Terlihat campuran lebih merata, tidak
ada gumpalan-gumpalan tepung beras
|
B. Pembahasan
Mixer merupakan salah satu alat
pencampur dalam sistem emulsi sehingga menghasilkan suatu dispersi yang seragam
atau homogen.
Gerakan pencampuran pada mixer bahan
dapat bervariasi bergantung dari jenis pengaduk / propeller yang digunakan, sehingga
hasil yang didapat akan bervariasi pula. Peralatan pencampur dengan menggunakan
satu pengaduk/ propeller biasanya digunakan untuk mengaduk bahan dengan
viskositas rendah, sedangkan peralatan pengaduk dengan lebih dari satu
propeller digunakan untuk mengaduk bahan dengan viskositas tinggi. Pada
praktikum ini digunakan pengaduk dengan dua propeller dengan spesifikasi untuk
mengaduk bahan dengan viskositas tinggi. Jenis propeler ini digunakan karena
bahan berupa tepung beras dan jagung merupakan bahan solid dengan tingkat
viskositas tinggi dan akan dengan mudah tercampur apabila diaduk dengan mixer
Maspion MT-1140.
Fellows (1988) dalam Rizkiana dan
Putra (2012) menyatakan bahwa derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari
waktu yang dibutuhkan, keadaan produk atau bahkan jumlah energi yang dibutuhkan
untuk melakukan pencampuran. Derajat keseragaman pencampuran diukur dari sampel
yang diambil selama pencampuran, jika komponen yang dicampur telah
terdistribusi melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran
telah berlangsung baik.
Sampel pencampuran dalam praktikum ini
terdiri dari 2 bahan dengan dua perlakuan berbeda, yaitu perendaman 2 jam dan 4
jam. Lama perendaman akan mempengaruhi kehalusan bahan yang nantinya akan
mengalami proses size reduction hingga
menjadi tepung. Hal itu disebabkan karena bahan dengan kandungan air yang
tinggi akan dengan mudah dapat mengalami pengecilan ukuran karena pada
jaringannya banyak terdapat air akibat perendaman. Pada perendaman, bahan akan
mengalami imbibisi sehingga kadar airnya naik dan teksturnya melunak.
Impeller berfungsi untuk mengubah
energi mekanis dari pompa menjadi energi kecepatan pada bahan yang dipompakan
secara kontinyu, sehingga bahan pada
sisi isap secara terus menerus akan masuk mengisi kekosongan akibat perpindahan
dari bahan yang masuk sebelumnya.
Semakin lama waktu pengadukan
mempengaruhi tekstur dan penampilan bahan yang dicampurkan. Hal itu dapat
dilihat pada sampel yang semakin lama diaduk maka akan semakin homogen
campurannya.
Partikel-partikel tepung beras dan tepung
jagung akan semakin banyak yang bertumbukan akibat kontak langsung dengan
propeller pengaduk sehingga semakin lama teksturnya semakin homogen.
Hal-hal itu
sesuai dengan apa yang disampaikan Fellows (1988) dalam Rizkiana dan Putra
(2012) bahwa derajat pencampuran yang
dicapai tergantung pada :
1. Ukuran relative
partikel
2. Efesiensi
alat pencampur untuk komponen yang dicampur
3.
Kecenderungan komponen untuk membentuk agrerat
4. Kadar air, sifat permukaan dan
aliran dari masing-masing komponen.
BAB IV
KESIMPULAN
pencampuran
bertujuan untuk menghasilkan suatu campuran yang homogen. Salah satu alat yang
dapat digunakan dalam proses pencampuran adalah mixer. Mixer dapat terdiri dari
satu atau dua propeller, tergantung tingkat viskositas bahan yang akan
dihomogenkan. Pada mixer, impeller akan menghasilkan energi mekanik yang akan
mengaduk bahan sehingga homogen. Jenis-jenis pengaduk yang digunakan tergantung
pada karakteristik bahan yang akan dihomogenkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Rizkiana,
Wening dan Putra, Ari Permana. 2012. Mixing
Equipment. Bogor : IPB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar