BAB I
PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Dewasa ini kebutuhan zat
pengental di industri pangan semakin meningkat sesuai dengan kebutuhan makanan
yang semakin tinggi dan bervariasi (BPS, 2000 dalam Fitriani, 2003). Peranan
zat pengental sangat penting dalam mempengaruhi tekstur pangan, yang pada
akhimya akan berpengaruh pada pemilihan konsumen akan makanan.
Pada saat ini penggunaan pektin
cukup luas karena banyak dibutuhkan dalam industri pangan dan industri non pangan.
Pektin dengan kadar metoksil tinggi digunakan untuk pembuatan selai dan jeli,
kembang gula, pengental minuman dan sirup buah-buahan berkalori rendah dan
digunakan juga dalam emulsi-emulsi flavor dan saus salad sebagai
penstabil. Pektin dengan kadar metoksil rendah biasanya digunakan untuk
pembuatan puding, gel buah dalam es krim dan pada industri kosmetika, plastik,
bahan sintesis serta film nitropectin (Glicksman, 1969 dalam
Meilina et al, 2011).
Pektin digunakan secara luas
sebagai komponen fungsional pada industri makanan karena kemampuannya membentuk
gel encer dan menstabilkan protein (May, 1990 dalam Hariyati, 2006). Penambahan
pektin pada makanan akan mempengaruhi proses metabolisme dan pencernaan
khususnya pada adsorpsi glukosa dan tingkat kolesterol (Baker, 1994 dalam
Hariyati, 2006). Selain itu, pektin juga dapat membuat lapisan yang sangat baik
yaitu sebagai bahan pengisi dalam industri kertas dan tekstil, serta sebagai
pengental dalam industri karet (Hariyati, 2006).
Nilai ekonomi yang dimiliki
pektin cukup tinggi. Harga eceran tepung pektin berkisar antara Rp. 200.000-Rp.
300.000 per kg. Pada tahun 2001, Indonesia mengimpor pektin sebanyak 14.242 kg
dengan nilai sebesar US $ 130.599 (Biro Pusat Statistik, 2001 dalam Hariyati,
2006).
Pektin merupakan polimer
dari asam D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan _-1,4 glikosidik. Pektin
diperoleh dari dinding sel tumbuhan daratan.
Wujud pektin yang diekstrak adalah bubuk putih hingga coklat terang. Sebagian
gugus karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil
(metilasi) menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat
atau pektin. Asam pektinat ini bersama gula dan asam pada suhu tinggi akan
membentuk gel seperti yang terjadi pada pembuatan selai. Derajat metilasi atau
jumlah gugus karboksil yang teresterifikasi dengan metil menentukan suhu
pembentukan gel. Semakin tinggi derajat metilasi semakin tinggi suhu
pembentukan gel
(Satria dan Ahda, 2010).
Jeruk manis (Citrus sinensis.
l. Osbeck.) termasuk dalam family Rutaceae, salah satu jenis citrus (Siburian,
2008). Bahan baku utama yang merupakan
sumber pektin untuk produk komersial adalah kulit jeruk dengan kadar pektin
sekitar 25% dan ampas dari pengolahan sari buah apel dengan kadar pektin 15-18%
(Meilina et al, 2011).
b.
Tujuan Praktikum
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui cara ekstraksi pektin dari kulit jeruk.
BAB II
METODOLOGI
a.
Alat dan Bahan
alat yang digunkan dalam praktikum ini meliputi pisau,
neraca analitik, blender, alat
penyaring, gelas beaker, erlenmeyer, corong dan oven.
bahan yang digunakan untuk diekstraksi pektinnya adalah
kulit jeruk sebanyak 30 gram.
b.
Metode Kerja
·
Persiapan
|
![]() |
·
Ekstraksi Pektin
![]() |
|||
![]() |
·
|
![]() |
·
|
![]() |
·
|
![]() |
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
a.
Hasil
Hasil rendemen pektin kulit jeruk :
Rendemen pektin =
x 100 %

Rendemen pektin =
x 100 %

Rendemen pektin = 5.38933 %










b.
Pembahasan
Menurut Esti
(2001) dalam Rachmawati (2009), pektin merupakan merupakan polimer dari asam
D-galakturonat yang dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosidik. Sebagian gugus
karboksil pada polimer pektin mengalami esterifikasi dengan metil (metilasi)
menjadi gugus metoksil. Senyawa ini disebut sebagai asam pektinat atau pektin.
Struktur asam pektinat atau pektin dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar.2.4 Struktur Pektin (Anonima (2008) dalam Rachmawati, 2009)
Proses ekstraksi pektin diawali dengan perlakuan pengeringan
dan pengecilan ukuran bahan yang dimaksudkan untuk memperluas area kontak bahan
dengan pelarut-pelarut yang akan digunakan pada proses selanjutnya.
Kondisi ekstraksi pektin
berpengaruh terhadap karakteristik pektin (Kacem, et al. (2008) dalam Budiyanto
dan Yulianingsih (2008) dan sifat fisik pektin tergantung dari karakteristik
kimia pektin (Guichard et al., (1991) dalam Budiyanto dan Yulianingsih (2008). oleh
karena itu maka perlu dilakukan pemantauan selama berlangsungnya beberapa
proses dengan waktu perlakuan yang cukup lama, misalnya hidrolisis dan
pemekatan. Suhu yang tinggi selama ekstraksi dapat meningkatkan rendemen
pektin. Suhu yang agak tinggi akan
membantu difusi pelarut ke dalam jaringan tanaman dan dapat meningkatkan
aktivitas pelarut dalam menghidrolisis pektin yang umumnya terdapat di dalam sel
primer tanaman, khususnya pada lamella tengah (Towle dan Christensen, 1973
dalam Budiyanto dan Yulianingsih (2008). dari praktikum yang dilaksanakan dengan menggunakan bahan
kulit jeruk sebanyak 30 gram didapatkan hasil akhir pektin sebanyak 1,6168
gram. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan mengakibatkan terjadinya
hidrolisis pektin menjadi asam galakturonat. Pada kondisi asam, ikatan
glikosidik gugus metil ester dari pektin cenderung terhidrolisis menghasilkan
asam galakturonat (Smith dan Bryant, 1968 dalam Budiyanto dan Yulianingsih
(2008).
BAB IV
KESIMPULAN
dari praktikum yang telah
dilaksankan dapat disimpulkan bahwa ekstraksi pektin dari kulit jeruk sangat dipengaruhi oleh lama proses
hidrolisis dan tingkat suhu yang digunakan dalam proses. dari 30 gam bahan kulit
jeruk dapat dihasilkan 1,6168 gram pektin.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiyanto, A and Yulianingsih. 2007.
Effect of temperature and time of
extraction on characters of pektin extracted from Siam Citrus (Citrus nobilis
L) pulp. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Jl.
Tentara Pelajar 12 A Bogor.
Fitriani, V. 2003. EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI PEKTIN DAR! KULIT JERUK LEMON
(Citrus medica var Lemon). IPB : Bogor.
Hariyati, M R. 2006. EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI
PEKTIN DARI LIMBAH PROSES PENGOLAHAN JERUK PONTIANAK (Citrus nobilis var microcarpa). IPB: Bogor.
Meilina, H; Alam, P H dan Mulyati, S. 2011. KARAKTERISASI EDIBLE COATING DARI
PEKTIN KULIT JERUK NIPIS SEBAGAI BAHAN PELAPIS BUAH-BUAHAN (Edible Coating Characterization of Skin
Lime Pectin as Fruits Coating Material). Jurnal Hasil Penelitian industri
Volume 24, No. 1, April 2011.
Satria, H B dan Ahda, Y. 2010. PENGOLAHAN
LIMBAH KULIT PISANG MENJADI PEKTIN DENGAN METODE EKSTRAKSI. UNDIP : Semarang.
Rachmawati, A K. 2009. Ekstraksi
Dan Karakterisasi Pektin Cincau Hijau (Premna
Oblongifolia. Merr) Untuk Pembuatan Edible Film. UNSEMAR
: Surakata.
Siburian, R. 20088. Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama
Minyak Atsiri dari Kulit Buah Jeruk Manis (Citrus sinensis L.) Asal
Timor, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Natur Indonesia 11(1), Oktober 2008: 8-13 ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 55/DIKTI/Kep./2005.